About Me

header ads

SISWA INDONESIA: COCOK ATAU TIDAK DENGAN MERDEKA BELAJAR?

    

 

Sumber : StarBanjar.com


Penulis : Tim Biro Intelektual dan Infokom

         Sejak diluncurkan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, program Merdeka Belajar menjadi perbincangan luas di dunia pendidikan. Tujuan utamanya bagus: memberi kebebasan bagi siswa untuk belajar sesuai minat dan kemampuan, serta memberi ruang bagi guru untuk berinovasi tanpa terlalu terikat aturan. Tapi muncul pertanyaan yang penting: apakah siswa Indonesia benar-benar cocok dengan konsep Merdeka Belajar ini?

       Di satu sisi, penulis melihat bahwa Merdeka Belajar sangat relevan dengan kebutuhan zaman sekarang. Kita hidup di era digital, informasi bisa diakses dari mana saja, dan dunia kerja butuh orang-orang yang kreatif, kritis, dan bisa belajar mandiri. Jadi, sistem belajar yang kaku, seragam, dan hanya fokus pada ujian jelas tidak cocok lagi. Dengan Merdeka Belajar, siswa diberi kesempatan mengeksplorasi minat mereka, belajar dengan caranya sendiri, dan tidak hanya dikejar nilai.

        Namun, di sisi lain, penulis juga melihat kenyataan di lapangan yang membuat Merdeka Belajar belum sepenuhnya cocok diterapkan. Banyak siswa masih terbiasa dengan pola lama: duduk diam, dengar guru bicara, lalu mengerjakan soal. Ketika diberi kebebasan untuk belajar sendiri, mereka bingung harus mulai dari mana. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya tidak belajar sama sekali karena merasa tidak ada "tuntutan". Data dari Megayanti (2016) menunjukkan bahwa siswa Indonesia cenderung malas belajar karena kurang motivasi, lingkungan belajar yang tidak kondusif, serta minimnya dukungan dari guru dan orang tua. Maka tak heran, ketika diberi “kemerdekaan” belajar, sebagian siswa justru memilih tidak belajar sama sekali.

           Fenomena ini diperparah dengan banyaknya konten yang memperlihatkan hal-hal negatif, seperti siswa SMP yang tidak bisa membaca dan menulis, atau siswa SMA yang tidak tahu pengetahuan umum. Misalnya, sebuah video viral menunjukkan puluhan pelajar SMP yang tidak bisa membaca, yang mencerminkan masalah serius dalam sistem pendidikan kita (Kompas, 2024). Sementara itu, kalau kita bandingkan dengan siswa di Finlandia—negara yang sering disebut sebagai model pendidikan terbaik—mereka juga diberi kebebasan belajar, bahkan jarang diberi PR. Tapi bedanya, siswa Finlandia punya budaya belajar yang tinggi dan dukungan penuh dari sistem pendidikan yang sudah matang. Menurut laporan DetikEdu (2023), meskipun jarang ada PR, siswa Finlandia justru sangat mandiri dan disiplin dalam belajar, karena sistem mereka sudah membentuk kebiasaan itu sejak dini.

          Penulis juga merasa bahwa Merdeka Belajar menuntut siswa untuk mandiri, tapi kita belum cukup banyak membekali siswa dengan keterampilan belajar mandiri itu. Belajar secara bebas bukan berarti tanpa arahan. Justru, siswa perlu dibimbing supaya mereka bisa membuat rencana belajar, mencari sumber belajar yang tepat, dan mengevaluasi diri sendiri. Tanpa itu, Merdeka Belajar bisa jadi hanya slogan, bukan kenyataan.

         Jadi, apakah siswa Indonesia cocok dengan Merdeka Belajar? Menurut penulis belum sepenuhnya, tapi bisa menjadi cocok kalau ekosistem pendidikan kita ikut berubah. Sekolah harus siap, guru harus terus belajar, dan siswa perlu dilatih pelan-pelan agar siap menjadi pembelajar mandiri. Merdeka Belajar bukan berarti dilepas begitu saja, tapi diberi kebebasan yang bertanggung jawab. Penulis percaya bahwa tujuan Merdeka Belajar itu baik, tapi kita tidak bisa asal meniru sistem luar tanpa menyesuaikannya dengan kondisi Indonesia. Selama semangat gotong royong, pembinaan karakter, dan pemerataan fasilitas pendidikan masih terus diperjuangkan, Merdeka Belajar bisa jadi jalan untuk membentuk generasi muda yang lebih kritis, kreatif, dan merdeka secara utuh.

Referensi:
Megayanti, M. (2016). Identifikasi faktor-faktor penyebab siswa malas belajar pada kelas V. Basic Education, 3(5), 1034–1040. https://journal.student.uny.ac.id/pgsd/article/view/4927

DetikEdu. (2023, April 24). Jarang ada PR, mengapa siswa-siswa Finlandia justru berhasil dalam pendidikan? Detik.com. https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6809838/jarang-ada-pr-mengapa-siswa-siswa-finlandia-justru-berhasil-dalam-pendidikan

Kompas. (2024, Agustus 2). Viral video puluhan pelajar SMP tak bisa baca, begini faktanya. Kompas.com. https://www.kompas.com/edu/read/2024/08/02/152259471/viral-video-puluhan-pelajar-smp-tak-bisa-baca-begini-faktanya

Posting Komentar

0 Komentar