Oleh: Imam Syafi'i*
AL BIRUNI - PMII Rayon Al-Biruni terbentuk tahun 2010. Ia merupakan salan satu rayon yang berada di lingkungan PMII Komisariat Sunan Kalijaga Malang. Kelahirannya sebenarnya tidak direncanakan sama sekali.
Amanah Rapat Tahunan Komisariat (RTK) tahun sebelumnya justru meminta pengurus komisariat yang dikomandoi Arif Rahman H, putra Pamekasan, untuk segera merealisasikan rayon baru di Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Malang, yang memang pendiriannya mendahului lahirnya Fakultas Ilmu Sosial, sebuah fakultas baru yang menjadi rumah bagi tiga jurusan yakni Sejarah (Fakultas Sastra), Geografi (Fakultas MIPA), dan HKN (Fakultas Ilmu Pendidikan).
Nyatanya, nasib baik membuat Rayon Al Biruni brojol duluan. A Fadjar terpilih menjadi ketua pertama yang diputuskan melalui Rapat Tahunan Rayon pertama yang diselenggarakan di salah satu rumah seorang senior di Kota Malang.
Saya tidak perlu menjelaskan lebih jauh siapa Al Biruni, nama indah yang merupakan seorang ilmuwan muslim terkemuka dan telah mewariskan keilmuwan luar biasa bagi peradaban dunia. Sebuah nama yang kemudian dipilih menjadi nama rayon yang mengisi kegiatan-kegiatan di tahun pertamanya berdiri dengan acara-acara informal.
Jangan salah sangka dulu, menurut hemat saya, acara-acara informal inilah yang justru membentuk karakter sivitas Rayon Al Biruni yang tetap santai, fleksibel, inovatif, namun tetap berpegang pada nilai-nilai ke-PMII-an. Al Biruni dipilh menjadi nama yang ideal untuk rayon baru ini sesungguhnya berasal dari saran Abah Kamilun, tokoh pendidikan dan agama terkemuka di Kota Malang hanya dengan melalui sambungan telepon.
Tidak mudah menggabungkan para sahabat/i yang sebelumnya telah mengakar kuat di rayon sebelumnya. Jurusan Sejarah memang bukan penyumbang kader yang besar di Rayon Al Maturidi. Setiap tahunnya, tidak lebih dari lima orang yang bergabung. Angkatan saya (2007), hanya tiga orang yang aktif pada awalnya, dan hanya tersisa dua orang saja di garis finis. Meskipun demikian, jurusan sejarah pernah memberikan kader terbaiknya tidak hanya untuk Rayon Al Maturidi, namun juga Komisariat Sunan Kalijaga Malang.
Beliau adalah almarhumah Dwi Famina, alfatihah kita panjatkan untuknya, yang menginisiasi lahirnya kembali salah satu lembaga semi otonom komisariat yakni Riyadul Fikr. Sebuah sayap organisasi yang memfasilitasi sahabat/i yang tertarik di bidang penulisan dan jurnalistik.
HKN, merupakan jurusan yang menjadi produsen kader tidak hanya dari segi kualitas namun juga kuantitas setiap tahunnya bagi Rayon Al Ghozali. Banyak kader-kader dari HKN muncul sebagai pemimpin tidak hanya di level rayon dan komisariat, namun juga mampu menumbuhkan gerakan yang dinamis dan aktif mewarnai pertarungan kepentingan PMII di ekosistem organisasi intra kampus.
Hubungan yang fluktuatif antara Rayon Al Maturidi dan Al Ghozali yang terjalin sejak lama, cukup memengaruhi bagaimana para “The First Avangers” membangun indentitas ikonik Al Biruni dengan jargon-jargon norak namun cukup berhasil mempersatukan seperti “This is Biruni” atau “Who is the King?”.
Bagi sahabat/i Geografi yang masih merasa Fakultas MIPA adalah yang terbaik, Rayon Avicena tetap menjadi rumah ideal bagi mereka berkembang di PMII. Seringkali sebagian dari mereka masih terlibat aktif untuk memeriahkan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus di rayon lama. Namun, itu tidak membuat sebagian di antara mereka berjuang sekeras tenaga melibatkan diri membangun identitas bersama di rayon baru.
Tahun pertama memang cukup berat bagi nama-nama yang menjadi pengurus. Mengangkat gawang futsal, membuat net volly dari banner, mengadakan kompetisi PS dan catur di MK, dan banyak kegiatan lain di luar kebiasaan rayon-rayon yang lebih tua, cukup menyita waktu dan pikiran meskipun tidak sampai menghilangkan kewarasan para pengurus.
Namun, pelan tapi pasti, rayon yang sekretariat (camp) pertamanya berada di jalan jombang, salah satu pusat pemukiman kos dekat kampus, menjelma menjadi salah satu rayon yang kuat dan besar, setidaknya jumlah kadernya tidak kalah baiknya dengan kader-kader lain di level komisariat, atau bahkan di Kota Malang.
Hari ini, 12 tahun kemudian setelah lahirnya, Al Biruni tetap eksis dan tumbuh menjadi rumah bersama bagi ratusan atau bahkan ribuan kader aktif maupun alumninya.
Berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, dari anak petani, nelayan, guru, kiai, pedagang, dll. Juga lahir dan tumbuh dari kampung, kota, pedalaman, pesisir, pegunungan, kami bertemu dan berinteraksi yang kemudian menginspirasi miniatur bangunan Ke-Indonesiaan berdasarkan pengalaman kolektif kami selama menjalankan masa bakti kami di “Rayon Al Biruni”.
Selamat Harlah Al Biruni. Terus bertumbuhlah. Teruslah menginsipirasi dan mengawal Ke-Indonesiaan kita. THIS IS BIRUNI.
Depok, 25 April 2022
*Penulis adalah Pengurus Rayon Al Biruni 2010-2011 (Angkatan 2007).
0 Komentar