About Me

header ads

PMII: Sebuah Kritik dalam Refleksi Gerakan

PMII: Sebuah Kritik dalam Refleksi Gerakan
Gambar: Santrinews.com

Albiruni.or.id – Artikel ini akan membahas tentang PMII, lebih tepatnya berupa Sebuah Kritik dalam Refleksi Gerakan. Semoga dengan adanya tulisan ini dapat menambah wawasan sahabat/I sekalian dalam ber PMII.

Secara istilah organisasi memiliki dua arti umum. Pertama, mengacu pada suatu lembaga (institution) dan arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, sebagai satu di antara dari fungsi manajemen. Secara konsep, ada dua batasan yang perlu dikemukakan, yakni istilah organizing sebagai kata benda dan organizing (pengorganisasian) sebagai kata kerja, menunjukan pada rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.

Secara umum organisasi adalah sebuah wadah untuk sekumpulan orang yang bekerja sama secara rasional serta sistematis yang terpimpin atau terkendali untuk mencapai tujuan tertentu memanfaatkan sumber daya yang ada di dalamnya.

Sebagai pemuda kita harus menyadari betul bahwa organisasi merupakan wadah berlangsungnya pendidikan karakter pemuda. Organisasi intra ataupun ekstra di lingkungan sekolah dan kampus misalnya merupakan tempat penempaan sikap dan perilaku diri. Pemuda diajarkan untuk berkomitmen dan berprinsip. Di sisi lain tidak sedikit pula diantara pemuda yang mengabaikan dua hal tersebut dengan melakukan kecurangan dalam ujian, menyontek, dan plagiasi terhadap hak cipta. Perbandingan dua peristiwa ini sangatlah kontradiktif.

Pelanggaran kecil seperti inilah yang dapat melunturkan karakter bangsa dan berakibat pada lemahnya ketahanan nasional serta akan berdampak timbulnya krisis kepemimpinan. Oleh karena itu, “pembentukan karakter bangsa berarti pembentukan karakter pemuda Indonesia’’ yang dapat diperoleh melalui organisasi. Hal ini dirasa penting sekali mengingat dampak negatif moderenisasi dan globalisasi sudah mulai menjamur.

Pembinaan kepemimpinan harus dilakukan PMII secara serius dan tersistematis demi tercapainnya Tujuan PMII dalam AD/ART PMII Bab 4 Pasal 4 yaitu “Terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”.

Pembinaan kepemimpinan terhadap anggota maupun kader ini sebagai usaha yang dilakukan secara sistematis dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemahiran teknis, keterampialan social, sikap, dan tingkah laku pemimpin melalui pendidikan, latihan dan berbagai penugasan, untuk tujuan teknis, administrasi, social tertentu, juga pengetahuan beragama serta pengaplikasiannya di masyarakat.

Kemahiran atau kemampuan teknis menurut William R Tracy dibagi dalam tiga jenis kemampuan;

Technical skill

  • Semua kecakapan atau keahlian dalam keterampilan khusus, terutama yang memerlukan metode, proses, prosedur dan teknik;
  • Kecakapan teknis yang memerlukan pengetahuan khusus, kecakapan menganalisis, penggunaan alat-alat, teknik yang memerlukan kedisiplinan khusus;
  • Kecakapan teknis yang berhubungan dengan tugas-tugas khusus.

Human skill

  • Kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama secara efektif dalam satu kelompok;
  • Kemampuan menciptakan kerja sama yang baik dalam usaha bersama;
  • Kemampuan untuk menciptakan suasana yang aman, dengan iklim saling mempercayai, terbuka, dan saling menghormati.

Conceptual skill

  • Kemampuan pemimpin untuk melihat organisasi dan setiap permasalahan sebagai suatu keseluruhan;
  • Kemampuan untuk mengkoordinasi seluruh rentetan kegiatan, keinginan, dan kepentingan perorangan serta kelompok, dalam kerangka pencapaian tujuan organisasi, juga menyusun konsep tertentu yang berkaitan dengan kegiatan.

Bagaimana peran organisasi PMII mampu menjadi wadah generasi muda yang punya karakter bangsa, kalau hari ini saja pengkaderan di dalamnya masih banyak celah dalam proses pengkaderannya khususnya di Kalimantan Selatan.

Penulis rasa, dalam proses pengkaderannya peran dari structural organisasi harus terlihat nyata, artinya jangan hanya menawarkan sebuah kerangka pemikiran untuk gerakan namun pada esensi fungsinya sama sekali tidak terealisasikan pada anggota maupun kadernya. Hal ini salah satu penyebab kulitas kader menurun, hingga pada akhirnya arah gerakan PMII menjadi hitam putih.

Sering penulis mendengar bahwa, kaderisasi tingkat fakultas atau yang kita kenal dengan sebutan Rayon  merupakan ujung tombak kaderisasi PMII. Dengan kata lain, anggota maupun kader PMII harus digembleng dalam berbagai kajian keilmuan (khususnya memperkuat basic kajian di masing-masing jurusan maupun program studi yang digeluti).

Bahkan tidak hanya itu saja, Rayon harus mampu menjadi wadah pengembangan kader dan membentuk karakter kader hingga memiliki basic keilmuan yang mumpuni di setiap anggota maupun kader perlu dibekali esensinya masing-masing. Artinya disini perlu ada perhatian bagi pengurus Rayon dalam mewadahi pembentukan anggota maupun kader yang ada di tingkat Rayon tersebut.

Bukan hanya itu saja, Pengurus Komisariat (PK) juga harus ikut andil dalam pengkaderan sebagaimana yang menaungi proses pengkaderan Pengurus Rayon dan ikut serta menggali potensi yang ada pada anggota maupun kader PMII.

Beberapa tahun terakhir PMII Kalsel memang bertambah pesat dari segi kuantitas kadernya, namun dari segi kualitasnya masih minim dan kurang terlihat tindak tanduk gerakan besar yang dihasilkan.

Pengurus PMII tingkat cabang atau PC PMII Kalsel khususnya, harus dapat lebih merangkul komisariat-komisariat yang mempunyai kultur berbeda di setiap Universitas.

Bahkan harus mampu lebih meningkatkan silahturahmi dengan lebih baik lagi (baik dengan kegiatan formal maupun non formal), agar dalam proses pengkaderan PMII lebih bisa berkembang pesat dari segi kualitas gerakannya.

Karena daripada itu taring PMII lebih terlihat lagi dalam segala aspek bidang, khususnya mengabdikan diri dimasyarakat dan mengawal kebijakan-kebijakan dari pemerintah.

Sebagai organisasi kader, PMII senantiasa melakukan produksi kader. Maka yang paling elementer bagi PMII adalah produksi sumberdaya, menciptakan kader PMII yang bermutu dan siap bersaing dalam merebut basis modal, basis pengetahuan dan basis kekuasaan negara.

Kader PMII harus mampu memiliki standar performance, sehingga mampu melahirkan kader yang lebih bagus dari yang sebelumnya. Di situlah pentingnya pengembangan basis potensi kader sebagai bekal agar kader percaya diri dalam berkompetisi di lapangan.

Keikutsertaan alumni PMII juga dirasa sangat penting untuk membimbing sahabat-sahabat di PMII, baik dari segi pendanaan, pemikiran, pembelajaran dan lain sebagainya.

Agar pelaksanaan pengrekrutan dan pembinaan calon-calon pemimpin dapat dilaksanakan dengan baik, perlu adanya keterpaduan antara program, materi, waktu, dana, sarana, dan teknik pelaksanaan di setiap kepengurusannya di PMII. Jelas bahwa ketrampilan kepemimpinan bagi generasi muda, khususnya organisasi PMII sangat diperlukan.

Ketrampilan tersebut dimaksudkan agar mereka terarah merealisasikan secara nyata segenap potensi dan kemampuannya guna berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia pada umumnya.

Oleh: Alfinnor Effendy (Kader PMII Kalimantan Selatan)

*Artikel telah rilis di qureta.com 

Posting Komentar

0 Komentar