P
|
MII
LIGA yang sekarang hampir menginjak usia yang ke-53 ini solah sudah benar-benar
tua, dalam artian bukan semakin menjadi organisasi yang berpengalaman akan
tetapi menjadi organisasi hampir mati. Dalam kurun 3 tahun terakhir semenjak
kepemimpinan sahabati Aribatul Isnaini, LIGA sudah kehilangan figur yang bisa
menjadi contoh bagi kader LIGA yang lain. Kebiasaan berdiskusi, kebersamaan
sudah mulai lenyap. Hampir kegiatan yang ada hanyalah seremonial saja. Mulai
dari MAPABA, PKD, RTAR, RTK, dan kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya hanya
sebagai bumbu pemanis yang masih terasa asam. Memang pada masa kepemimpinan
sahabati Aribatul Isnaini ini masi ada hal yang bisa kita rasakan baik, salah
satunya adalah kekritisan sahabat/i rayon terhadap komisariat. Akan tetapi hal
ini bukan didasari oleh hal yang baik, akan tetapi berdasarkan rasa dendam atas
kekalahan. Hanya saja sahabat/i tidak mampu menyelesaikan sentuhan akhir yang
membawa mereka pada jurang dendam yang mungkin mengalir sampai sekarang.banyak
issue yang beredar tentang sahabati Aribatul Isnaini yang mengatakan bahwa,
sahabati Aribatul Isnaini merupakan bayi yang tidak diinginkan kelahirannya.
Artinya sahabati Aribatul Isnaini adalah sosok pemimpin yang kurang tepat
melanjutkan tongkat estafet LIGA.
Setelah kepemimpinan sahabati
Aribatul Isnaini berakhir, muncullah sosok yang katanya tidak diharapkan
muncul, yaitu sahabat Mahfud. Memang pencalonan dari sahabat Mahfud bisa
dibilang terlalu mendadak dan tidak ada persiapan. Sehingga kepengurusan
sahabat Mahfud tidak bisa dibilang berhasil. Banyak sekali catatan hitam yang
tertulis pada kepemimpinan sahabat Mahfud. Mulai dari pengkaderan, pengawalan
intra kampus sampai pengawalan ideologi. Pada masa kepemimpinan sahabat Mahfud
bisa dibilang sepi dari kegiatan. Bahkan komisariat hanya mampu mengadakan
MAPABA, PKD dan RTK. Yang lainnya bisa dibilang kondisional yang hasilnya NOL besar.
Sekarang LIGA berada pada masa baru,
masa kepemimpinan sahabat Ilham. Memang belum genap setengah jalan, akan tetapi
banyak sekali catatan yang perlu diperhatikan lagi. Mulai dari ranah
pengkaderan, pengawalan intra kampus, sampai penguatan ideologi. Memang sahabat
Ilham dalam pencalonan diri sebagai ketua komisariat sudah ada persiapan, akan
tetapi dalam eksekusi dilapangan masih dibilang lembek.
Dari ketiga ketua komisariat LIGA
semuanya memiliki satu kesamaan. Yaitu lembek sebagai pemimpin. Memang hampir
semua kader LIGA bisa dibilang lembek semua. Bagaimana tidak, mulai dari
tingakatan rayon tidak ada satupun ketua rayon yang memiliki ketegasan dalam
bergerak. Entah aapa yang terjadi dalam sistem pengkaderan LIGA. Dalam kurun 3
tahun ini banyak sekali catatan hitam dalam bidang pengkaderan. Kepemimpina
sahabat Ilham ini memang belum berakhir, tapi masih banyak PR besar yang harus
segera diselesaikan.
Pertama yang harus diselesaikan
adalah, LIGA harus mempunyai sosok kader atau pemimpin yang tegas. Tegas disini
bisa berarti tegas terhadap dirinya sendiri atau tegas terhadap kader LIGA yang
lain. Kedua, sistem pengkaderan LIGA harus di tata ulang. Mahasiswa sekarang
yang terlalu apatis tidak mampu mengikuti arus dinamika LIGA. Pengkaderan yang
ditonjolkan hanya pengkaderan non-formal, yang nyatanya salah sasaran. Anggota
yang baru saja ikut MAPABA semuanya tidak bisa arahkan untuk menjadi pemimpin
yang tegas. Maka dari itu sebuah sistem baru harus segera disiapkan. Ketiga
atau yang terakhir adalah mengembalikan fungsi camp yang semula menjadi tempat
pengkaderan non-formal sekarang menjadi tempat persinggahan saja atau yang
lebih tepat lagi hanya untuk tidur dan mandi saja. Pengkaderan warung kopi
tidak cocok untuk anggota yangh sekarang. Kita harus bisa mengikuti arus
anggota baru agar bisa mengarahkan pada sistem pengkaderan yang telah
disepakati.
Memang dari ketiga tawaran diatas
masih sangat kurang, akan tetapi paling tidak penulis sebagai kader PMII LIGA
mempunyai gambaran yang bisa dicoba untuk LIGA.
“wahai sejarah
saksikan kami tegap berdiri,
damaikan
samudera meluluhkan tirani”
Oleh: Mohammad Ainun Najib
0 Komentar