About Me

header ads

ALIH FUNGSI TROTOAR ALUN-ALUN KOTA BATU




BATU-Seperti biasanya Sabtu malam (14/11) Alun-alun Kota Batu dipenuhi keramaian pengunjung dari berbagai kalangan dari pemuda pemudi sampai orang tua yang membawa sanak keluarganya. Begitu pula banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya dari makanan sampai mainan anak-anak kecil di sepanjang trotoar sekeliling alun-alun, khususnya Jalan Muniv.
           
Hafid (18 tahun), mengatakan bahwa keberadaan pedagang kaki lima mengganggu hak pejalan kaki. ”Menganggu jalan mbak, seharusnya posisinya di tertibkan seperti di alun-alun kota malang,” tuturnya. Hafid yang berkunjung bersama keluarganya mengaku bahwa terjadi kemacetan di  perjalanan menuju Alun-alun Kota Batu karena padatnya pengunjung.
Pengaturan lalu lintas tidak begitu diperhatikan oleh para petugas Dinas Perhubungan (Dishub). Seperti jalan Muniv yang  searah, seharusnya hanya digunakan ke arah barat namun digunakan juga ke arah Timur yang berlawanan arah. Selain digunakan untuk dua arah yang berbeda, jalan tersebut juga digunakan untuk parkir sepeda motor dan pedagang kaki lima. Bisa dibayangkan betapa tidak kondusifnya jalan tersebut. Bambang seorang warga Batu juga mengeluh tentang kondisi jalan yang tidak kondusif sehingga mengganggu pejalan kaki. ”Seharusnya para pedagang dikelompokkan di satu tempat khusus agar tidak terjadi kemacetan dan kekurangan jalan bagi pejalan kaki.”
            Pengelompokan pedagang kaki lima sebenarnya telah dilakukan oleh Dishub di Batu Tourims Center (BTC) akan tetapi tidak berlangsung lama karena pengunjung sangat sepi. “Saya sudah 15 tahun kerja disini, sempat direlokasi di BTC tapi sangat sepi tidak ada pengunjung, mungkin karena agak jauh dari alun-alun. Padahal untuk uang muka kami harus membayar tujuh juta, walaupun dibilangkan kalau ada subsidi 14 juta tapi masih berat buat kami untuk menyicil setiap bulannya, karena kebutuhan tidak hanya untuk itu saja.” Ucap salah satu pedagang kaki lima yang berjualan ditrotoar jalan Muniv.

            Para pedagang kaki lima sebenarnya tahu bahwa apa yang mereka lakukan salah dan melanggar hukum. ”Tapi bagaimana lagi mbak, kami juga butuh makan, bukan hanya tukang parkir, masak tukang parkir boleh kami tidak,” tutur pedagang tersebut. Menurut pedagang tersebut tidak ada pengunjung yang komplain tentang jalan yang sempit. Meskipun begitu, mereka sering diusir oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). ”Tapi percuma saja mbak, mereka mengusir kami. Walaupun di usir kami bakal mbalik lagi. (dvp//ahl)

Posting Komentar

0 Komentar