About Me

header ads

SINIS DAN SKEPTISISME


"Ketidaktahuan itu adalah Berkah"

          Manusia sering menganggap dirinya paling benar dan mengerti akan sesuatu termasuk mengerti akan bentuk kebenaran. Dalam menggali kebenaran ini banyak sekali teori-teori yang dapat memperkuat maupun memperlihatkan kelemahan yang ada pada sebuah gagasan kebenaran itu sendiri. Banyak filsuf maupun orang-orang yang suka berspekulasi dalam menemukan sebuah kebenaran yang dianggapnya "final" dibantah bahkan dijatuhkan dengan pertanyaan-pertanyaan ketidak percayaan terhadap apa yang telah dikemukakan filsuf tadi. Kebanyakan tujuan dari pertanyaan-pertanyaan serta ketidakpercayaan tersebut merupakan bagian untuk menguji apakah kebenaran dari filsuf sudah dapat dikategorikan mendekati kebenaran yang hakiki ataukah belum.
          Mereka-mereka inilah yang disebut dengan kaum sinis dan juga kaum skeptis. Kedua kaum ini sama sifatnya yakni tidak mempercayai akan sebuah kebenaran jika belum diuji kebnearan sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Kedua aliran ini mirip akan tetapi ada perbedaan yang sedikit mencolok. Kaum Sinis lebih bertujuan kepada kebenaran dalam kehidupan sosial sedangkan skeptis lebih menunjukkan bahwa kebenaran baik secara sosial maupun kebenaran dalam artian pendapat umum itu tidak ada.
         Sinis sangat populer ketika Antisthenes (446-336 SM) dan Diogenes (412-323 SM) dimana mereka menghendaki "kebaikan yang sederhana" dengan hidup asksetis dan kembali ke alam. Mereka menganggap hidup dengan kemewahan yang berlebihan itu hal yang buruk. Antisthenes misalnya pernah mengatakan "saya lebih baik gila daripada saya bersuka-cita" (Russel, 2008 hal. 315). Dia juga mwngutuk adanya perbudakan yang terjadi pada saat itu. Kemudian pemikiran Antisthenes ini dilanjutkan olhe muridnya yakni Diogenes. Dia menganggap bahwa apa yang telah dilakukan oleh gurunya, Anthistenes, adalah sebuah kebenaran atau kebijaksanaan bagi dirinya. kemudian dia hidup seperti sorang "sinis' (cynic) yang berarti "anjing" (Ibid, hal 316). Dia hidup dengan mengemis seperti orang fakir di India untuk mencari "keutamaan" dalam hidup.
        Sesudah paham sinis muncul untuk pertama kalinya paham lain yang sedikit ekstrim pun muncul yakni skeptisisme. Skeptisisme adalah paham yang menganggap bahwa segala sesuatu dalam hidup termasuk dalam kebenaran wajib diragukan kebenarannya. Paham ini menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah buah pemikiran manusia yang terbatas sehingga layak untuk kita pertanyakan kebenarannya. Ada yang menganggap sebenarnya skeptisisme  ini bukanlah sebuah aliran melainkan sebuah tendensi umum yang berupa kesangsian (Bertens, 2007 hal.17).
        Skpetisisme berasal darikata skeptik yang berarti kesangsian atau keragu-raguan, dan -isme yang artinya aliran atau paham. Jadi secara etimologi skeptisisme adalah paham akan keragu-raguan. Skeptsisime bukan hanya sebagai sebuah keragu-raguan saja mealinkan keragu-raguan secara dogmatis.Tokoh utama dari berdirinya aliran ini adalah Phyrro (360-270 SM). Ia merupakan bagian dari filsuf Aleksander Agung yang ikut perjalan ke India untuk menemui para filsuf disana. Oleh karena itulah ada yang beranggapan bahwa paham skpetik ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindhu di India. Phyrro sendiri tidak menelurkan sebuah buku pemikirannya sehingga tidak ada catatan khusus alasan mengapa skeptisisme ini lahir. Pemikiran Phyrro dilanjutkan oleh muridnya Timon (320-235 SM) dan juga diadopsi Akademia Plato yang dikelola oleh Arcesilaus (320-240 SM) dan Carniedes.
        Nah, jika hubungkan dengan kehidupan sehari-hari kita maka dapat kita ketahui sikap ragu-ragu ini merupakan bagian dari kehidupan sejarah. Pada dasarnya saya sepakat bahwa skeptisisme bukanlah sebuah aliran. Hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki sikap atau sifat ragu dalam hidupnya baik dalam pengambilan sebuah keputusan maupun mempercayai akan perkataan oang lain. Contohnya: Ketika ada teman yang mengatakan lewat sms bahwa hari ini tidak ada kuliah karena dosennya sakit atau berhalangan lain, tentunya orang yang menerima sms tadi tidak langsung percaya dan menanyakannya kepada orang lain. Nah, proses cek dan recek ini adalah wuju dari sikap skeptis dalam arti yang modern seperti sekarang ini. Oleh karena itu skpetis diperlukan untuk membuktikan akan sebuah kebenaran meskipun sifatnya empiris.
        Selamat berjumpa kembali di postingan selanjutnya...:)


Daftar Pustaka
Betrand Russel, 2008. Sejarah Filsafat Barat
Kees Bertens. Sejarah Filsafat Barat.

Posting Komentar

0 Komentar