Ilustrasi masa keemasan umat islam |
Al-biruni.or.id
bicara soal stagnanisasi umat islam merupakan pembahasan yang cukup krusial yang dilakukan oleh pemikir-pemikir islam dari masa ke masa. Ide terhadap pembaharuan dan refleksi gerak islam merupakan problema yang cukup
kompleks untuk dilakukan oleh umat islam pada masa ini.
Jika kita melihat
sekarang ini masih banyak sekali orang yang belum paham akan agama dan masih
kurang akan keilmuan agamanya unjuk gigi dihadapan umat islam. Hal ini tentu
menggiring umat islam pada kesesatan. Bahkan, tidak jarang mereka saling
mengkafirkan umat islam satu sama lain.
Sungguh ironis memang,
karena ulama yang seharusnya menciptakan kedamaian di negeri ini dan menyiarkan
islam sebagai agama rahmatanlilalamin, menjadi
ditakuti dan jauhi oleh umat akibat adanya orang yang tidak bertanggung jawab
yang mengaku sebagai ulama.
Tidak hanya itu, muncul
berita tentang tindakan asusila yang menyeret beberapa pondok di wilayah
Indonesia membuktikan umat islam kali ini berada dalam keadaan bahaya. Bahkan
lebih parahnya beberapa berita tersebut menyeret seorang sosok kiai sebagai
pelaku dari tindakan bejat tersebut. Anehnya beberapa dari kiai yang terseret
memiliki pengikut yang lumayan banyak.
Sebagai orang islam
layaknya kita harus tahu bahwa mereka itu bukanlah seorang kiai yang mana kita
harus mengikuti tingkah lakunya. Mengapa? Karena definisi dari kiai merujuk
pada orang yang alim serta mengamalkan akan ilmu-ilmu agama. Sementara perilaku
mereka jauh dari ajaran agama.
Lantas mengapa para kiai
gadungan ini masih eksis dan memiliki banyak pengikut? Tentu ini tidak
sepenuhnya kesalahan dari kiai tersebut. Sebaliknya itu adalah kersalahan kita
sebagai umat islam yang membiarkan orang-orang yang kurang akan ilmu agama
untuk unjuk gigi dan membina umat.
A.
Kejumudan
umat terhadap perkembangan teknologi
Umat islam pada saat ini
terlalu nyaman akan keadaan yang mana hal itu menggiring umat pada kejumudan. Kejumudan
memang menjadi suatu hal yang menjadi penyakit umat islam saat ini. Rasa
kecurigaan serta kurangnya umat islam dalam mengetahui hal-hal baru terutama
teknologi membuat kita kalah oleh kiai-kiai gadungan tersebut.
Budaya melek teknologi
haruslah galakkan di sekolah berbasis agama seperti pesantren. Seorang santri
yang notabenenya akan meneruskan estafet membina umat dari kiai haruslah melek
dan menguasai teknologi. Dengan demikian dakwah akan kebenaran yang akan
disampaikan akan lebih maksimal lagi.
B.
Semakin
menjauhnya umat islam dari nilai-nilai agama
Salah satu ustad saya
pernah dawuh, hancurnya suatu negara dikarenakan hancurnya pemimpinnya,
sedangkan hancurnya seorang pemimpin diawali dengan hancurnya para ulama. Maka
dari itu, menjaga generasi religius adalah suatu hal yang penting untuk
kelangsungan bangsa ini. Mengapa saya dapat bicara seperti ini? Sederhana saja
menurut saya karena jiwa nasionalis itu dapat dipupuk dari pendidikan
keagamaan.
Memang seberapa jauh
peran kaum agamawan dalam membela tanah air? Tentu sangat jauh, sepanjang
sejarah berdirinya bangsa ini kaum agamawan tidak pernah lepas kontribusinya
dalam meraih kemerdekaan, apalagi kaum santri. Lalu soal cinta tanah air? Tentu
sudah tidak diragukan lagi bahwa kaum sarung adalah orang yang paling depan
dalam membela negara ini.
Berapa banyak sudah darah
yang mengucur dan para syuhada yang gugur dari golongan kaum sarung demi
tegaknya NKRI. Dalam bidang lain? Tentu banyak sekali mulai dari ekonomi,
politik, budaya, dan sosial.
Namun sekarang banyak
orang seakan akan menjauhkan diri dari dunia pesantren. Hal ini dapat kita
lihat dari sudut pandang negatif orang terhadap pesantren itu sendiri. Kalau
kita disuruh memilih sekolah, pesantren mungkin menjadi pilihan terakhir
sebagai tempat pendidikan.
Banyak orang mengira pesantren
adalah tempat orang-orang kolot yang hanya belajar kitab-kitab agama.
Orang-orang mengira kaum santri adalah orang yang tidak memilki masa depan
jelas karena tidak memiliki ijazah formal untuk melamar pekerjaan.
C.
Konflik
internal umat karena ikhtilaf para ulama
Setelah wafatnya
Rasulullah saw. umat islam banyak dihadapkan dengan cobaan yang begitu besar. Ijtihad-ijtihad
yang dilakukan oleh para ulama terutama dalam menyikapi hukum fikih membuat
berbagai ikhtilaf muncul. Rasa ego dikalangan umat membuat mereka saling tuduh
dan merasa paling benar dalam menyikapi hukum-hukum yang ada.
Hal ini tentu sangat memprihatinkan
karena menganggap islam hanya seputar tentang urusan fikih saja. Rasanya
bibit-bibit api islam harus dihidupkan kembali, bukan hanya menghidupkan arang
dana bunya saja.
Umat islam haruslah sadar
akan perkembangan dunia dan menganggap perbedaan adalah rahmat. Bukankah kejayaan islam pada masa dinasti
abbasiyah disebabkan karena banyaknya perbedaan juga?
D.
Lalu
apa yang harus dilakukan umat islam sekarang?
Mungkin banyak PR yang
harus dilakukan oleh umat islam sekarang terutama oleh generasi muda islam.
Namun yang pasti umat islam haruslah sadar akan ketertinggalannya serta
memiliki pikiran bebas untuk menerima hal-hal yang baik dari perkembangan zaman
yang ada.
Selain itu umat islam
haruslah memiliki pikiran yang moderat dengan artian tidak menganggap islam
secara sempit sebatas hal fikih saja. Dengan pikiran bebas serta didasari
pengetahuan luas tentang islam akan mengeluarkan islam dari belenggu
keterbelakangan masa kini.
Penulis: Muhammad Rifki Amirudin
0 Komentar